Ditinggal itu Se-Sakit itu.

Ditinggal pacar demi yang lain memang menyakitkan, tetapi ditinggal abang sendiri saat liburan lebih menyedihkan.

Enditawidianti
2 min readMay 27, 2022

Hari itu, aku yang masih berada di bangku kelas 6 SD memutuskan untuk pergi refreshing bersama abangku dan pacarnya, kakakku dan suaminya, dan dua keponakanku, sedangkan orang tuaku memilih untuk tetap dirumah. Kami berangkat menggunakan mobil menuju Bukittinggi dari daerah asalku, Pekanbaru (jaraknya kurang lebih 5 jam). Aku dan yang lain berangkat pada malam hari agar sampai di pagi hari dan mempunyai banyak waktu untuk mengunjungi destinasi wisata.

LETSGOOOO!!! (ucapku yang tanpa tahu kejadian apa yang akan menimpanya beberapa jam lagi)

Perjalanan pun dimulai —

Aku dan keponakan yang seumuran denganku duduk di row kedua mobil diikuti oleh kakakku, suaminya, dan anaknya yang masih kecil di kursi paling belakang (Alhamdulillah bukan kasta terendah ya shay). Awal perjalanan masih berjalan dengan mulus. Seiring berjalannya waktu, tak terasa langit sudah membuka matanya kembali. Namun, air minum yang diteguk selama perjalanan pun meminta untuk keluar kembali.

Terang Bulan — rumah makan yang menjadi tempat kami berhenti untuk buang air kecil. Karena jam masih menunjukkan 4 pagi dini hari, yang turun untuk buang air kecil hanya aku, keponakanku, dan kakakku. Ternyata oh ternyata, antrian WC sudah menyerupai antrian Grapari Telkom*el, panjang parah. Aku dan ponakankku menunggu berdua, sedangkan kakakku sudah terlebih dahulu di depan antrian. Akhirnya, terbuang sudah air seni dan dosa-dosa di tubuh ini, saatnya balik ke mobil. Namun, ketika aku dan keponakanku keluar dari WC………………….*poof* ………..

“Mobil dimana ya?”

Aku memang mengantuk saat itu, tetapi seingatku kantukku tidak separah sampai menghilangkan memori tempat mobilku parkir. Optimis, aku dan keponakkanku mencari ke area parki lain. Masih tidak menemukan, mari beranjak ke area sebelah. Masih optimis, Dita yang masih SD bertanya pada tukang parkir apakah melihat mobilnya (dengan menyebut ciri-ciri lengkap mobilku). Uda parkir yang saat itu mengatur berbagai mobil tentu tidak mengingat persis dimana mobilku berada. Sudah tidak optimis lagi, dengan napas yang sedikit terisak aku meminjam hp uda parkir untuk menelfon papa karena hanya nomor papa yang mudah diingat (nomor papa cantik bgt ga boong).

Aku ke Papa

“Pa”

“Yah?” (papa dengan intonasi baru bangun)

“Adek ditinggal”

Papa ke Mas-ku

“Mo”

“Kenapa pa?” (Masku yang sudah sangat jauh dari Terang Bulan)

“Adek Dita tinggal”

“ha?” (melihat kebelakang untuk memastikan)

“YA ALLAH”

Benar. Aku dan keponakkanku yang masih SD saat itu menyerupai bantal guling yang kami bawa sehingga mereka mengira kami sudah di mobil :)

Shoutout untuk Terang Bulan yang memberikan teh hangat gratis dan keluarga yang mengajakku mengobrol untuk menenangkanku. Pelajaran untuk kita semua — pastikan bantal guling di mobil tidak menyerupai kalian ya agar tidak ditinggal.

#31HariMenulisKreatif #27

Halo semua! terima kasih sudah membaca tulisanku. Have a nice day!

--

--