My Love and Hate Relationship with Ujian Mandiri (2): UGM Edition

Serba-serbi CBT-UM UGM

Enditawidianti
3 min readMay 30, 2022

Melanjutkan tulisan sebelumnya, aku akan bercerita mengenai perjalananku mengikuti ujian mandiri khususnya CBT-UM UGM. CBT-UM UGM — ujian mandiri oleh UGM yang dulu bernama UTUL UGM. Perubahan nama ini dikarenakan pelaksanaan yang sudah tidak menggunakan kertas dan pensil tetapi dengan Computer Based Test. Berbeda dengan tahun sebelumnya, di tahunku, pelaksanaan dilakukan secara luring sehingga mengharuskan peserta untuk melakukan ujian di Jakarta atau Yogyakarta itu sendiri. Aku pun memilih Yogyakarta, and here’s the recap:

Psikologi dan Kartu Peserta —

Di ujian mandiri kali ini, aku memiliki kesempatan untuk memilih dua program studi. Pilihan pertama tentu saja Ilmu Komunikasi karena memang sudah menjadi targetku sejak awal. Pilihan keduaku jatuh pada Psikologi UGM. Bayangkan betapa mixed feeling-nya aku ketika mengetahui bahwa pengejaraan CBT-UM UGM berlokasi di Fakultas Psikologi; mengontrol pikiran untuk tetap fokus mengerjakan ujian dan melihat sekeliling apakah ruangan ini nantinya ditakdirkan untukku atau tidak. Namun, aku memiliki satu masalah lagi yang tidak kalah membuatku meratapi kebodohanku.

Saat sudah sampai di Fakultas Psikologi UGM, aku langsung shalat dan bersiap menuju kelas ujian. Sudah shalat, sudah mandi, sudah makan, sudah sangat siap untuk berperang hingga percakapan berikut ini:

“Boleh perlihatkan kartu pesertanya, Mba.”

(Aku mengeluarkan kartu peserta)

(Masnya diem)

(Ikutan diem)

“Maaf Mba, ini bukan kartu peserta.”

Endita Widianti, 18 tahun, mengikuti CBT UM UGM, tidak membawa kartu peserta, hanya membawa bukti peserta.

Aku sudah tidak tahu akan berbuat apa saat itu. Dipikiranku hanya satu: nelfon mbak, minta pulang. Aku pun meyakinkan bahwa aku sudah mempunyai file kartu peserta di HP-ku pada panitia saat itu. Meskipun ada sedikit perdebatan antara mereka, akhirnya aku diperbolehkan masuk. Tidak berhenti disana. Saat sudah berada di ruang ujian, peserta diminta untuk log-in untuk mengakses soal. Kata sandi yang kumasukkan saat itu salah padahal aku ingat persis kata sandiku. Saat panitia menyuruh peserta yang memiliki kendala untuk mengangkat tangan, aku pun mengangkat tangan. Ternyata, ketika aku melihat ke belakang (posisi dudukku berada di ujung kanan depan), tidak ada yang mengangkat tangan selain aku. Dan benar, kata sandi yang dimasukkan hanya berada di kartu peserta sehingga aku perlu berlari ke tas untuk melihat file kartu peserta.

Lagi-lagi, aku melewatkan beberapa menit di awal ujian hanya karena kecerobohan dan ketidaktelitianku (deja vu peristiwa yang terjadi saat UTBK, baca disini!)

Setelah semuanya beres, aku langsung memulai ujianku. Penilaianku untuk CBT-UM UGM 8.5/10; soal ujian menurutku persis seperti UTBK, suasana ujian tenang dan suhu normal, yang beda hanya di ujian lain aku menggunakan komputer, sedangkan kali ini aku menggunakan tablet.

Forward to announcement day

Ada satu hal yang perlu kalian ketahui: berbeda dengan pengumuman ujian mandiri lainnya yang pada diundur beberapa jam akibat dari website yang down, pengumuman CBT-UM UGM malah dimajukan sehari dari jadwal yang ditentukan. Aku yang saat itu tidak percaya mencoba untuk membuka pengumumannya, tanpa bismillah dan doa, aku hanya meng’klik’ dan ternyata warna yang ditampilkan tidak seperti biasanya.

“Kenapa kali ini warnanya biru ya, biasanya merah :”)))”

Dan ya Alhamdulillah, setelah beberapa ujian mandiri yang semuanya ketolak, aku mengucapkan terima kasih pada UGM yang satu-satunya menerimaku ❤.

Semoga pengalamanku ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian yaa!

Don’t give up when you can’t see the result right away. Some things take time. Just be patient with yourself.

#31HariMenulisKreatif #30

Halo semua! terima kasih sudah membaca tulisanku. Have a nice day!

--

--